Aku selalu tahu di dalam hati, sejak pertama kali kita bertemu, bahwa hubungan ini mungkin tidak akan bertahan lama. Ada begitu banyak perbedaan di antara kita, begitu banyak rintangan yang harus dihadapi. Meski begitu, aku tetap memilih untuk menjalani semuanya denganmu.
Aku ingat betapa indahnya awal perjalanan kita. Senyumanmu, canda tawamu, dan cara kita bisa saling mengerti tanpa harus banyak bicara. Hari-hari penuh kebahagiaan dan kehangatan itu membuatku lupa sejenak tentang kenyataan pahit yang selalu mengintai di baliknya. Meski sering kali ragu, aku selalu berusaha meyakinkan diri bahwa mungkin, hanya mungkin, kali ini segalanya akan berbeda.
Tapi, kenyataan memang tak bisa dihindari. Semua keraguan dan ketakutan yang sejak awal ada di dalam benakku, satu per satu menjadi nyata. Perbedaan-perbedaan kecil yang dulu tampak manis, kini berubah menjadi jurang yang memisahkan kita. Pertengkaran demi pertengkaran, air mata yang jatuh, hingga akhirnya kita sama-sama lelah dan tak lagi bisa menemukan jalan tengah.
Pada akhirnya, kita sampai pada titik di mana kita harus mengakui bahwa cinta saja tidak cukup. Kita berdua terlalu berbeda untuk bisa terus berjalan bersama. Aku tahu ini keputusan yang benar, tapi tak bisa dipungkiri bahwa hati ini tetap terasa perih. Semua kenangan indah, semua harapan yang pernah kita bangun bersama, kini hanya tinggal bayangan yang samar.
Meski begitu, aku tidak menyesali apapun. Aku belajar banyak dari hubungan ini. Tentang cinta, tentang penerimaan, dan yang terpenting, tentang diriku sendiri. Aku tahu sekarang, bahwa meski jalan ini harus berakhir, aku akan selalu menghargai setiap langkah yang pernah kita lalui bersama.
Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku, meski hanya sementara. Mungkin memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya, tapi aku akan selalu mengenangmu dengan penuh cinta dan rasa syukur.