Mengenal 3 Upacara Adat Sumatera Barat yang Unik
img
  • 572x Dilihat
  • Budaya dan Pariwisata
  • 20 Jun 2024

Sumatera Barat, terkenal dengan Rumah Gadang dan memiliki berbagai suku yang kaya akan budaya serta kebiasaan masing-masing. Oleh karena itu, upacara adat di Sumatera Barat sangat beragam dan mencerminkan kehidupan serta nilai-nilai masyarakatnya. Mulai dari upacara pernikahan, pertanian, hingga upacara yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Anda belum pernah menyaksikan upacara adat Sumatera Barat? Simak beberapa informasi dan penjelasannya berikut ini. Setelah mengetahuinya, Anda pasti akan semakin menghargai dan mencintai budaya Indonesia. Siapa tahu, Anda bisa menjadi salah satu yang melestarikannya di masa depan.

Upacara Adat dari Sumatera Barat

1. Upacara Tabuik

Upacara Tabuik merupakan salah satu tradisi terkenal dari Sumatera Barat. Budaya ini sudah ada sejak abad ke-19 Masehi, diperkirakan sudah berusia lebih dari 100 tahun. Upacara yang juga dikenal sebagai Tabot ini adalah kegiatan tahunan masyarakat Pariaman, Sumatera Barat.

Tradisi ini adalah perpaduan antara budaya lokal dan Islam, untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib, yang diperingati setiap 10 Muharram. Husein wafat dalam peristiwa Karbala.

Dalam bahasa Arab, tabuik berarti peti kayu, terkait dengan legenda makhluk mitologi bernama Buroq dalam kepercayaan Islam. Menurut legenda, jenazah Husein dimasukkan ke dalam peti kayu dan diterbangkan ke langit oleh Buroq, makhluk berkuda bersayap dengan kepala manusia.

Berdasarkan legenda ini, masyarakat Pariaman membuat boneka Buroq yang membawa peti kayu saat Upacara Tabuik. Tradisi ini berlangsung turun-temurun. Upacara ini diduga muncul pada tahun 1826-1828 Masehi.

Upacara Tabuik dipengaruhi kebudayaan Timur Tengah yang dibawa pedagang keturunan India penganut Islam Syiah. Pada tahun 1910, setiap nagari (suku) setuju untuk menambahkan sentuhan budaya Minangkabau pada tradisi ini agar tetap terasa dominan budaya Indonesia.

Ada dua jenis Upacara Tabuik: Tabuik Pasa (pasar) dari selatan sungai di Kota Pariaman hingga Pantai Gondoriah, dan Tabuik Subarang (seberang) dari utara sungai di Kampung Jawa.

Sejak 1982, Upacara Tabuik masuk dalam kalender acara lokal, menarik puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara. Ada tujuh rangkaian ritual dalam tradisi ini, seperti mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.

2. Upacara Turun Mandi

Adat istiadat dan budaya harus dilestarikan agar anak cucu dapat menikmatinya di masa depan. Suku Minangkabau masih memegang teguh warisan nenek moyang, seperti Upacara Turun Mandi.

Upacara Turun Mandi adalah ritual adat sebagai ungkapan syukur atas kelahiran seorang bayi. Tradisi ini penuh sukacita dan kebahagiaan, sekaligus memperkenalkan bayi sebagai penerus keluarga kepada masyarakat.

Pelaksanaan Upacara Turun Mandi harus mengikuti persyaratan tertentu. Jika bayi laki-laki, upacara diadakan pada hari ganjil setelah kelahiran; jika bayi perempuan, pada hari genap. 

Upacara ini biasanya diadakan di batang aie atau sungai yang sering dipakai masyarakat Minangkabau. Orang yang berjasa dalam kelahiran bayi boleh membawanya ke sungai untuk ritual. Perlengkapan yang perlu dipersiapkan meliputi arang, batlah bareh badulang (beras goreng), sigi kain buruak (obor kain robek), tampang karambia tumbuah (bibit kelapa), tangguak (tangguk), dan palo nasi yang dilumuri darah ayam.

Setiap nagari mungkin memiliki persyaratan yang berbeda, jadi pastikan untuk memeriksa terlebih dahulu. Setelah ritual selesai, ibu dan bayi diarak pulang ke rumah, dan acara ditutup dengan makan bersama.

3. Upacara Batagak Kudo-Kudo

Tradisi gotong royong masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Minangkabau, terlihat dari Upacara Batagak Kudo-Kudo. Upacara ini sudah lama dilakukan di daerah Pariaman. 

Batagak kudo-kudo berarti menegakkan kuda-kuda atau membangun pondasi. Tradisi ini mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun bangunan, baik rumah pribadi maupun fasilitas umum seperti masjid atau jembatan.

Gotong royong ini membantu keluarga yang sedang mengadakan hajatan. Uniknya, tamu yang diundang membawa hadiah berupa bahan bangunan seperti semen, seng, atau kayu.

Upacara ini juga dihadiri oleh masyarakat luar desa atau perantau sukses yang memberikan bantuan untuk membangun fasilitas publik yang nyaman dan aman.

Itulah beberapa upacara adat Sumatera Barat yang menarik perhatian wisatawan. Jangan ragu untuk mengunjungi provinsi ini dan merasakan sensasi budaya yang unik.

Related Post