Eksklusivitas Randang Padang: Rahasia dan Varian Kuliner Khas Sumatera Barat
img
  • 118x Dilihat
  • Gaya Hidup
  • 19 Jun 2024

sumatrainfo.com, PADANG – Randang atau rendang, kuliner khas Sumatera Barat yang telah dianugerahi sebagai salah satu makanan terenak di dunia, dapat dihadirkan di mana pun di dunia asal sang koki memiliki bahan, bumbu, dan resepnya.

Tak heran jika kuliner ini bisa ditemukan di ratusan bahkan ribuan Rumah Makan Padang yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, dari Sabang hingga Jayapura.

Bukan hal langka, bahwa pemilik Restoran Padang tersebut adalah orang asli Sumbar, akan tetapi masyarakat lokal yang pernah bekerja di restoran atau warung nasi Padang. Setelah tahu resep rendang, mereka membuka usaha sendiri.

Di tingkat internasional, Kementerian Pariwisata juga mem-branding 100 restoran Indonesia yang dimiliki diaspora sebagai mitra co-branding Wonderful Indonesia. Sebanyak 90 persen dari restoran ini, tersebar di berbagai negara dan menyediakan kuliner khas Minang berupa randang.

Meski telah mendunia, namun soal rasa, randang Padang memiliki rahasia kecil yang tidak diketahui oleh semua orang yang menjual kuliner ini. Rahasia tersebut adalah rasa uniknya.

Selalu terdapat perbedaan rasa antara randang yang disiapkan di Ranah Minang dengan randang yang dibuat di tempat lain. Bahkan jika orang Padang membuat makanan ini di luar Sumbar, ada perbedaan rasa dengan rendang yang disiapkan di kampung halaman.

Bukanlah sesuatu hal gaib yang menyatakan Sumbar memiliki kekuatan misterius, atau aspek semacam itu, sehingga randang yang dibuat di luar provinsi rasanya berubah. Ini hanya masalah bahan dasar dan bumbu yang berasal langsung dari Ranah Minang. Rasa cabai, jahe, lengkuas, kelapa, buah pala, daun kunyit, serai, daun jeruk, daun salam, dan beberapa bumbu lain yang tumbuh di Sumbar memang berbeda dengan daerah lain.

Cabai, sebagai contoh, 'Orang Padang' cenderung memilih produksi lokal dibandingkan dengan cabai Jawa yang banyak dijual di pasar. Rasa cabai lokal ini lebih sesuai untuk rendang.

Hal serupa juga berlaku untuk santan kelapa. Menggunakan santan instan yang banyak dijual di minimarket tidak akan menghasilkan rendang asli, malah bisa gagal.

Inilah sedikit rahasia dari randang Padang. Citarasanya sangat bergantung pada asal bahan dan bumbunya. Jadi, jangan heran melihat restoran Padang di berbagai belahan Indonesia 'mengimpor' bahan dan bumbu dasar mereka langsung dari Sumbar. Ini adalah upaya untuk mempertahankan rasa otentik dari kuliner ini.

Jangan heran juga jika Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, mengundang investor untuk membuka industri rendang di luar provinsi. Ini karena dia yakin bahwa rasa otentik randang Padang hanya dapat ditemukan di Ranah Minang.

Jika ingin menikmati cita rasa asli dari kuliner ini, Anda harus datang langsung ke Padang.

Mungkin inilah yang mendorong pakar kuliner William Wongso untuk selalu membawa bumbu khas Indonesia ketika pergi ke luar negeri. Untuk mempromosikan kuliner Indonesia, penting untuk mempertahankan cita rasanya. Ya, rasa ini tergantung dari mana bumbu tersebut berasal.

Namun, ini bukan berarti rendang yang dibuat dengan bahan lain tidak enak. Rasa rendang, apapun tetap menggugah selera. Dagingnya yang empuk dan lembut hasil dari proses memasak yang panjang, rasa pedas manis yang gurih, dan aroma bumbu yang menyatu tidak akan mengecewakan lidah siapa pun.

Bukti dari penghargaan rendang sebagai salah satu makanan terenak di dunia oleh CNN selama empat tahun berturut-turut sejak 2015, padahal bahan dan bumbunya tidak selalu berasal dari Sumbar. Namun, ini semua tentang citarasanya yang asli.

Pertimbangan tentang rasa rendang menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan Wali Kota Payakumbuh, Riza Falepi, dalam mengembangkan branding daerahnya sebagai Kota Randang. Dia ingin menjamin bahwa citarasa rendang asli dapat dinikmati di seluruh dunia, dan ia tahu bahwa solusinya adalah teknologi.

Teknologi ini akhirnya ditemukan di Jerman, dikenal sebagai retort. Alat ini dapat menjaga kualitas rendang, baik dari segi rasa maupun kemasan modern yang dapat diterima oleh masyarakat internasional.

Kepala Bidang Humas Pemkot Payakumbuh, Irwan Suwandi, mengungkapkan bahwa penggunaan alat ini dimulai pada tahun 2019 dan diharapkan dapat diterapkan untuk pengembangan rendang menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan dari daerah tersebut.

Rendang yang akan diekspor akan dikemas dalam sachet dengan teknologi retort, sehingga keaslian rasanya dapat terjaga selama 1-1,5 tahun. Dengan daya tahan yang luar biasa tanpa mengubah rasa asli, dalam lima tahun ke depan, mungkin rendang Padang dengan citarasa autentik dapat ditemukan di Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia.

Pasaran target untuk rendang Payakumbuh adalah Timur Tengah, terutama selama musim haji. Namun, untuk ekspor, masih ada tantangan lain yang perlu diatasi, yaitu standar kualitas untuk semua komponen seperti bahan, bumbu, cara memasak, dan kemasan.

Hanya dengan memenuhi semua standar ini, citarasa yang autentik bisa dipertahankan. Saat ini, semua usaha rendang di Sumbar masih beroperasi dalam skala UMKM dengan resep dan cara memasak yang berbeda-beda untuk masing-masing usaha.

Resep dan cara memasak ini umumnya merupakan milik keluarga atau kelompok suku yang dirahasiakan dari pihak lain, sehingga terdapat banyak varian rendang, sekitar 400 jenis.

Namun, untuk masuk ke pasar modern domestik seperti Transmart, rendang hasil produksi UMKM sudah cukup memadai asalkan memiliki kemasan menarik dan dapat mempertahankan citarasa asli. Jadi, soal citarasa asli rendang, teknologi menjadi penyelamatnya.

Namun, jika Anda ingin menikmati citarasa asli rendang dengan diiringi seni budaya dan keindahan alamnya, Anda tetap harus mengunjungi Ranah Minang.

Related Post